Rabu, 14 Januari 2015

Revolusi Hijau


Revolusi Hijau

Adapun latar belakang munculnya revolusi hijau adalah Hancurnya lahan pertanian akibat PD I dan PD II. Pertambahan penduduk meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat. Adanya lahan tidur. Upaya peningkatan produksi pangan. Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas Robert Malthus (1766 – 1834) yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang dihadapi manusia yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan produksi pertanian

Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting yaitu

1. penyediaan air melalui sistem irigasi,
2.  pemakaian pupuk kimia secara optimal,
3. penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan
4. penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas.
Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadilah peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu

Revolusi Hijau di Indonesia

Revolusi  Hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Revolusi  Hijau di Indonesia di mulai sejak berlakunya UU Agraria pada tahun 1870 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial  Belanda, sehingga di Indonesia dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman. Dalam perkembangan kemudian , pada masa Orde Baru, program Revolusi  Hijau digunakan  sebagai  salah satu cara untuk meningkatkan produksi  pangan di Indonesia, terutama produksi beras. Revolusi Hijau ini dilaksanakan sebagai secara sistematis, terprogram,  dan terus –menerus sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan Indonesia mampu meningkatkan swasembada pangan yaitu penghasil beras sehingga Presiden Soeharto mendapat penghargaan Nobel..

Usaha yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk meninggatkan swaembada pangan nasional yaitu,

a.         Program  Bimbingan Massal (Bimas) untuk meningkatkan produksi beras

b.         Program Intensifikasi Massal (Inmas) yang merupakan kelanjutan Bimas.

c.         Program Intensifikasi Khusus (Insus) yang merupakan upaya peningkatan produksi per unit.

d.         Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus) yang dapat meningkatkan swasembada beras.

Program-program di atas dikembangkan melalui intensifikasi pertanian, yaitu upaya peningkatan produksi per unit dan eksensifikasi, yaitu upaya perluasan areal pertanian.

Revolusi Hijau di Indonesia diformulasikan dalam konsep Pancausaha Tani dan Saptausaha Tani.

Pancausaha Tani memiliki langkah-langkah yaitu:

a.         Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varietas unggul.

b.         Pempukukan yang teratur.

c.         Pengairan yang cukup.

d.         Pemberantasan hama secara intensif

e.         Teknik penanaman yang lebih teratur

Untuk meningkatkan produksi pangan d an produksi pertanian umumnya dilakuan dengan empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut,

a.    Intensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan panca usaha tani.

b.    Ekstensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan tenak.

c.    Diversifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani.

d.    Rehabilitasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan           kemampuann daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.

Sedangkan Saptasauna Tani memiliki langkah-langkah serupa Pancausaha Tani ditambah pengolahan dan penjualan pascapanen.

Revolusi Hijau di Indonesia memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan bagi masyarakat Indonesia yaitu,

a.    Keuntungan:

1)    Masalah pangan nasional teratasi.

2)    Menenal aneka jenis  tanaman

3)    Ditemukan bibit unggul.

4)    Keseejahteraan petani makin baik.

5)     Pendapatan petani meningkat.

b.    Kelemahan:

  1.  Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengunaan pupuk buatan dan pestisida hijau secara berlebihan
  2.   Berkurangnya keanekaragaman genetika jenis tanaman tertentu. 
  3.   Kemampuan daya produksi tanah makin turun. 
  4.   Timbul urbanisasi. 
  5.    Pencemaran tanah.



Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi Hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di Afrika.

Adapun usaha yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk membatasi kelemahan di atas adalah dengan cara,

1)    Membasmi serangga dan hama tanaman secara biologi.

2)    Menggunakan pupuk buatan, yaitu pupuk kandang dan pupuk hijau.

3)    Menerapkan sistem rotasi tanam, yaitu menanam tanaman secara bergantian.



Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisi bagi Masyarakat Indonesia pada Masa Orde Baru

Kebijakan modernisasi pertanian di Indonesia pada masa Orde Baru, yang sering dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau merupakan proses memodernisasikan pertanian gaya lama menjadi pertanian gaya modern dengan melakukan pengembangan bibit unggul jenis IR dari IRRI. Hal ini telah mengubah pola pertanian subsistensi menuju pertanian berbasis kapital dan komersial. Untuk mendukung komersial tersebut, dilakukan dengan cara pembangunan sistam ekonomi modern, pembangunan pabrik pupuk nasional, dan pendirian Koperasi Unit Desa (KUD). Pelaksanaan Revolusi Hijau dan industrialisasi di Indonesia memberikan dampak positif dan negatif yaitu,

a.     Dampak Positif

1)    Lapangan pekerjaan, khususnya pertanian lebih terbuka.

2)    Lahan pertanian menjadi luas.

3)    Pendapatan para petani mengalami peningkatan, tercapainya efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan pertanian.

4)    Peningkatan kualitas hasil pertanian.

5)    Peningkatan kualitas hasil produksi dan penjualan hasil pertanian.

b.     Dampak Negatif

1)    Munculnya  kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin akibat perbedaan ekonomi.

2)    Sistem kekerabatan pada masing-masing lapisan masyarakat mulai memudar.

3)    Masyarakat memiliki budaya industri yang berupa budaya konsumtif.

4)    Munculnya kesengajaan ekonomi yang nampak dari adanya kemiskinan, kemelaratan, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan kenakalan remaja.

5)    Pencemaran lingkungan yang tinggi.